Sebuah refleksi dari alumni tahun 2004-2005 tentang kenangan belajar di Wearnes Education Center Malang yang kini telah tutup. Bagaimana institusi ini memberi fondasi awal, meski jalan karier berbelok ke arah yang berbeda.

  Jon Mukidi   Opini   2 min read

Mengenang Wearnes Education Center Malang

Sebuah refleksi dari alumni tahun 2004-2005 tentang kenangan belajar di Wearnes Education Center Malang yang kini telah tutup. Bagaimana institusi ini memberi fondasi awal, meski jalan karier berbelok ke arah yang berbeda.

Dengarkan artikel

Tentang fitur ini

Beberapa waktu lalu, saya membuka kembali akun Facebook yang sudah hampir lima tahun saya tinggalkan. Niat awalnya sederhana—sekadar menengok kabar lama. Tapi di tengah-tengah notifikasi dan unggahan yang berdebu, saya menemukan kabar mengejutkan: Wearnes Education Center (WEC) Malang telah tutup.

Saya sempat terdiam cukup lama. Tempat itu adalah bagian dari masa lalu saya—tempat saya belajar, bertumbuh, dan mulai mengenal dunia digital. Saya lulus dari WEC pada tahun 2005, 20 tahun lalu, mengambil jurusan Desain Grafis dan Komputer. Saat itu, komputer masih identik dengan PC CRT, dan desain masih erat dengan CorelDRAW dan Adobe Photoshop versi awal. Namun bagi saya, itulah awal dari dunia yang kini saya geluti sepenuhnya.

Kelas Design 7 WEC Malang

Ilmu desain yang saya pelajari di WEC hanyalah permulaan. Setelah lulus, saya lebih banyak berkembang secara otodidak—mencoba, gagal, belajar lagi. Tapi fondasi yang saya dapat dari kampus kecil di Malang itu tetap melekat: prinsip estetika, logika desain, dan keberanian untuk berkreasi.

Menariknya, ketertarikan saya terhadap dunia web development juga muncul dari Tugas Akhir yang saya kerjakan di WEC. Waktu itu saya mencoba membuat rancangan desain website sebagai bagian dari tugas akhir. Menggunakan Macromedia Dreamweaver, secara implementasi, saya gagal—tapi pengalaman itu justru menjadi pemicu. Dari sana, saya terus mencoba dan menjelajah, hingga akhirnya saya nyaman di jalur yang berbeda saat ini: sebagai fullstack developer.

Jika ditanya apakah ijazah dari WEC berperan besar dalam karier saya sekarang, jawabannya jujur saja: tidak secara langsung. Sebagian besar pekerjaan yang saya dapatkan berasal dari jalur freelance, di mana yang diukur bukanlah ijazah, tapi kemampuan nyata dan kemauan untuk terus belajar. Saya tumbuh dengan belajar dari proyek nyata, dari klien yang datang silih berganti, dan dari tantangan teknis yang memaksa saya keluar dari zona nyaman.

Wisuda WEC Malang 2005

Namun begitu, saya tidak akan berada di titik ini tanpa perjalanan awal di WEC. Meski lembaga itu kini tinggal kenangan, semangat belajarnya tetap hidup dalam diri saya dan, saya yakin, juga dalam diri para alumninya yang lain.

Penutupan WEC Malang mungkin tidak mendapat banyak sorotan media. Tidak ada pengumuman besar atau penjelasan panjang. Tapi bagi kami yang pernah belajar di sana, tempat itu menyimpan banyak kenangan, kegagalan, dan juga harapan. Terima kasih, Wearnes Malang—telah menjadi bagian dari cerita hidup saya.

Lihat artikel lainnya

Artikel terkait

Lihat semua »