Masih Perlukah Kita Bangkit?
Setiap 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Momen ini selalu dikaitkan dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908—organisasi modern pertama yang menyalakan semangat bersatu demi masa depan bersama. Tapi sekarang, di tahun 2025, pertanyaannya jadi lebih dalam: masihkah kita butuh “bangkit”?
Jawabannya, menurut saya, adalah: iya. Tapi bukan lagi kebangkitan dari penjajahan fisik. Hari ini kita perlu bangkit dari rasa cukup-cukupan, dari pola pikir “asal jalan”, dari kebiasaan menunggu komando.
Tema Tahun Ini: “Bangkit Bersama, Wujudkan Indonesia Kuat”
Tema Harkitnas tahun ini sederhana tapi kuat. Bangkit bersama—bukan sendiri-sendiri. Karena banyak tantangan saat ini memang tidak bisa diselesaikan secara individu. Mulai dari perubahan iklim, kesenjangan sosial, sampai tantangan digital dan disrupsi pekerjaan.
Kita hidup di era yang serba cepat. Teknologi berkembang jauh melampaui regulasi dan kesiapan mental banyak orang. Sementara sebagian besar masyarakat masih berjuang dengan akses dasar—pendidikan, kesehatan, bahkan air bersih—sebagian lainnya sibuk bicara tentang AI, blockchain, dan Metaverse. Jurang itu nyata.
Kebangkitan Hari Ini: Kesadaran Kolektif

Kalau dulu kebangkitan nasional ditandai dengan bersatunya para pemuda lewat organisasi-organisasi perjuangan, sekarang saya percaya kebangkitan itu harus datang dari kesadaran kolektif: bahwa kita tidak bisa lagi berpikir sektoral, eksklusif, atau merasa cukup aman di zona nyaman.
Bangsa ini terlalu besar untuk diserahkan hanya pada satu pihak. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Swasta tidak bisa hanya mengejar keuntungan. Warga sipil tidak bisa hanya jadi penonton.
Belajar dari Kejadian Sekitar
Hari ini pun kita mendengar kabar duka dari Taiwan—kecelakaan yang menewaskan sejumlah siswa. Ini jadi pengingat bahwa hidup bisa sangat rapuh. Kita tak pernah tahu kapan musibah datang, tapi kita bisa memilih bagaimana cara menanggapinya: dengan empati, kesiapsiagaan, dan rasa tanggung jawab sosial.
Jadi, Apa Arti Bangkit di 2025?

Buat saya pribadi, bangkit berarti:
- sadar bahwa perubahan tidak datang sendiri
- paham bahwa masa depan tidak dibentuk oleh mereka yang paling pintar, tapi oleh mereka yang mau bekerja sama
- yakin bahwa meskipun kita berbeda-beda latar, kita bisa punya arah yang sama
Di Hari Kebangkitan Nasional ini, mungkin tidak ada upacara atau pidato yang menggugah. Tapi kalau ada satu orang saja yang mulai bertanya, “apa yang bisa aku kontribusikan untuk sekitar?”—maka itu sudah cukup jadi tanda kebangkitan.
Selamat memperingati Harkitnas 2025. Mari kita bangkit, benar-benar bangkit—bukan hanya dari masa lalu, tapi dari ketakutan, kemalasan, dan ketidakpedulian.
Topik artikel: Hari Kebangkitan Nasional, Harkitnas 2025, Refleksi Sosial, Indonesia Bangkit, Kesadaran Kolektif, Bangkit Bersama, Perspektif Bangsa, Dinamika Sosial, Nasionalisme Modern